Search This Blog

 photo fix7_zps4b6e66ce.jpg'/>

Putra Batak

Manusia dinilai sisi intelektual dan spiritualnya, bukan citra.

 photo fix2_zps38b4d4c0.jpg'/>

Mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar 2011

Tidak taukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa roh Allah diam di dalam kamu??

 photo fix4_zps3016215f.jpg'/>

Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Hasanuddin Makassar 2011

Timbangan dan Neraca yang betul adalah kepunyaan Tuhan, segala batu timbangan di dalam pundi-pundi adalah buatan-Nya.

 photo fix0_zpsf457a364.jpg'/>

Pelajar SMAN 03 MANDAU DURI-RIAU 2008

Iman,Pengharapan dan Kasih, dan yang paling besar adalah Kasih.

 photo fix1_zpsb819c16f.jpg'/>

Gunung merupakan wadah yang paling ideal untuk kita refleksi diri

Alam tidak akan pernah berbohong, pepohonan berwarna hijau ketika dia senang, banjir dan gejala alam akan datang ketika dia tidak senang.

Monday, March 24, 2014

Lukisan Hati



Oleh:
Rizal Zekky Sitorus

Ingin rasanya pulang kepada hati yang ku cintai,
Hati yang sejak tanggal 20 April 2009 telah memenangkan hatiku,
Tak pernah kau mengeluh hadir dalam keheninganku,
Meskipun itu hanya bayangan mata dan senyum indahmu,
                
                Ingin diri ini melihat dirimu disampingku,
                Menikmati canda tawa bersama
                Ingin diri ini berduaan denganmu,
                Menggenggam hangatnya jemarimu,

Wahai engkau sang pemilik hati,
Adakah engkau disana sepertiku,
Yang tidak sadarkan diri akan kondisiku hari ini,
Yang hanya bisa menikmati hidup dengan kedalaman rindu,

Bagai menghitung rintikan hujan,
Bagai menghitung butiran pasir di pantai,
Bahwa kau tak pernah tahu kondisiku,
Bahwa disini ada satu hati yang terpenjara rindu,

Kunikmati kesepianku dengan ritme hidup, impian dan kenanganmu,
Kupertahankan hati ini hanya untuk orang yang kucintai,
Kubingkai indah namamu dalam relung hatiku,
Bahkan perpisahan itu tak mampu menjadi ombak,
Yang mengahapus dirimu dari lubuk hatiku,


“Ini hanya lukisan hatiku saat ini”
Makassar, 24 Maret 2014
23.50 WITA

Refleksi dan Ambisi



Oleh:
Rizal Zekky Sitorus

Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ketempat-tempat kamu ingin pergi. Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

Kalimat ini membawa saya berkaca pada diriku. Realitas yang terjadi seolah saya dilahirkan ke dunia ini sebagai manusia yang tidak di dengar. Saya menjadi tidak berdaya ketika dihadapkan dengan tanggung jawab yang saya emban hari ini. Terkadang saya merasa hanya menjadi kambing hitam untuk melaksanakan tanggung jawab ini. Namun, jika kita tinjau lebih dalam lagi bahwa tanggung jawab ini ialah tanggung jawab kita bersama. Bukan tanggung jawab yang hanya diembankan pada satu orang. Ataukah saya sedang di test? diuji untuk memikul  tanggung jawab ini seorang diri? Kendatipun saya sedang diuji, bukankah katanya pekerjaan kita ialah kerja tim?? Pekerjaan yang harus kita kerjakan bersama-sama. Bukanlah kerja keras satu pihak.

Dalam kerja tim, saya sudah berusaha untuk tetap menjalin komunikasi dengan harapan membangun kedekatan emosional dengan tim, berusaha untuk tetap menjaga semangat tim, memberi motivasi. Banyak taktik, strategi yang sudah saya lakukan, tetapi arus gelombang yang menghampiriku lebih deras dari taktik dan strategi yang ku lakukan yang pada akhirnya berefek pada ketidak nyamanan dengan posisi/jabatan yang saya emban. Entah buku apa yang harus saya baca, siapa sosok yang pantas menjadi guruku, dimana tempat yang ideal menjadi sekolahku, apa media pembalajaran yang harus disandingkan denganku agar aku bisa keluar dari zona ketidaknyamanan ini, dari posisi pemimpin yang tidak didengar, yang hanya bisa membuatku merasa tidak berdaya. 

Apakah saya harus melepaskan posisi pemimpin ini??? Lari dari posisi yang hanya memenjarakan saya pada ketidaknyamanan?? Namun, lari bukanlah solusi atas semua ini, melepaskan bukanlah akhir dari dunia ini, melainkan awal suatu kehidupan baru yang saya pun tidak tahu apakah dengan melepaskan saya menjadi manusia yang bisa di dengar atau tetap tidak di dengar. Lari dari posisi pemimpin bukanlah apa yang saya impikan, karena saya hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal yang saya inginkan. Dan itu bukan lari dari posisi pemimpin, tetapi saya akan tetap bertahan dan berpaling dari sosok kepemimpinanku hari ini yang tidak cerdas melihat kondisi tim. Hingga saya pun teringat dengan pernyataan Plato, bahwa “Perhatian Seseorang Akan Mudah Diperoleh Jika Kita Menguasai Seni Berbicara”.
  
Artinya, Plato mengajarkanku untuk belajar seni berbicara disamping lebih cerdas melihat kondisi tim. Dengan belajar seni berbicara, memberikan harapan padaku untuk beroleh perhatian setiap orang khususnya orang-orang yang ada dalam tim ku. Namun demikian, Plato juga menasehatkan kepada orang-orang yang menguasai seni berbicara agar tidak menaklukkan seseorang dan menjadikannya sebagai budak, tetapi menuntun dia berproses dan membagikannya ilmu yang kita miliki. Secara tidak langsung, plato menginginkan saya untuk belajar bersama, saling sharing pengetahuan bersama tim ku dan tidak memanfaatkan seni berbicara sebagai alat memperbudak. Juga Imam Ali (As), mengatakan bahwa, “ilmu adalah cahaya yang Allah berikan dalam hati yang Ia kehendaki”. 

Artinya, ilmu itu suci. Tuhan tidak akan memberikan cahaya-Nya jika ilmu seni berbicara hanya dimanfaatkan untuk memperbudak seseorang. Dengan belajar lebih tekun lagi, berharap Tuhan akan menyertaiku, menyertai setiap langkahku, mendekonstruksi sosok kepemimpinanku yang tidak cerdas melihat kondisi tim, menghapus paradigma negatif dalam diriku, membimbingku menjadi garam dan terang dunia, yang pada akhirnya menjadikanku sosok yang di dengar dalam tim ku, bahkan dimanapun saya berada. Amin..:)