Hidup
ini selalu dihiasi dengan pilihan. Setiap pilihan yang kita putuskan akan
berdampak positif atau negatif terhadap tujuan yang kita inginkan. Sehingga
dibutuhkan suatu perencanaan dan pertimbangan yang matang sebelum menetapkan
suatu keputusan. Katakana saja setiap hari kita harus memikirkan dan
merencanakan apa yang akan kita lakukan esok, lusa dan seterusnya.
Menjadi
mahasiswa juga merupakan suatu pilihan. Ketika duduk dibangku sekolah kita
dihadapkan pada banyak pilihan, apakah lanjut ke pendidikan tinggi, menjadi
buruh, atau sesuatu yang lain. Namun, dengan memilih menjadi mahasiswa ternyata
malah memperpanjang daftar pilihan yang harus kita pikirkan baik-baik. Menjadi
mahasiswa kita diberi amanah dengan mengemban status “maha”, yang artinya
status, karakter, peran, fungsi dan tanggung jawab kita pun bertambah. Setiap
pribadi mahasiswa memiliki berbagai lakon yang harus dijalani. Tak jarang kita
dihadapkan pada kondisi yang dilematis bahkan menghadirkan banyak konflik dalam
diri kita sendiri.
Sebagai
seorang individu kita memiliki cita-cita, harapan masa depan dan kebebasan
untuk menjadi apa saja yang diinginkan. Namun, berbeda ketika kita berperan
sebagai seorang anak yang mempunyai tanggungjawab terhadap orang tua untuk
berbakti dan membahagiakannya. Orang tua memiliki harapan besar pada kita, contohnya
keinginan orang tua untuk melihat anaknya cepat menyelesaikan studinya, cepat
mendapatkan pekerjaan, cepat mendapatkan financial yang layak, untuk kehidupan
yang lebih layak.
Berbeda
juga dalam kehidupan bermasyarakat, kita dihadapkan pada tanggungjawab
intelektualitas. Kita mengemban peran untuk melaksanakan fungsi agent of change, social of control dan moral force yang senantiasa mengawasi
jalannya roda kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita dihadapkan pada realitas
kebangsaan dimana ketertindasan rakyat dan ketidakadilan masih saja terjadi.
Seringkali
lakon yang harus dijalani baik sebagai individu, sebagai anggota keluarga
(anak) dan sebagai anggota masyarakat harus berbenturan. Kita dihadapkan pada
pilihan tentang lakon apa yang harus kita prioritaskan untuk dijalani. Apakah kepentingan
kita sebagai individu?? Atau kepentingan keluarga yang memiliki harapan besar
pada kita?? Ataukah kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara ini??
Lakon
yang dijalani mahasiswa memang sangat kompleks, namun bukan berarti membuat
kita justru pesimis, membuat kita takut dalam bergerak. Rumit memang, namun
bukan untuk dipersalahkan. Kita hanya perlu mengelola kondisi kemahasiswaan
kita menjadi sebuah semangat, optimisme untuk memberikan bunga-bunga yang lebih
indah lagi ditiap dinding kehidupan kita.