Search This Blog

Monday, February 24, 2014

Mengukir Polikulturalisasi dan Perluasan Tambak Dalam Belantara Industrialisasi Menuju Masyarakat Petambak dan Nelayan Tersenyum



Realitas Perikanan Indonesia Saat Ini
Nenek moyangku seorang pelaut. Gemar mengarung luas samudera. Menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa. Meskipun lagu nostalgia itu sudah lama tak biasa lagi terdengar dan diajarkan di sekolah-sekolah, syair lagunya membawa saya mengingat kembali bahwa sesungguhnya nelayan harus menjadi profesi kebanggaan di negeri bahari Bumi Nusantara Indonesia ini.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai macam potensi pada sektor perikanan. Sebut saja lautnya luas, garis pantai panjang, sumber daya alam hayati melimpah dan secara kultural masyarakat kita berasal dari nenek moyang pelaut. Namun, sungguh ironis jika kita melihat realitas yang terjadi di lapangan berbanding terbalik dengan potensi yang dimiliki negara kita.
Sumber daya perikanan yang potensial sebagai alternatif pangan dan mampu menggenjot  penerimaan ekonomi yang tinggi ternyata tidak tecermin dalam kesejahteraan para pelaku perikanan. Nelayan  Indonesia masih tergolong kelompok masyarakat miskin. Hal ini menunjukkan stagnansi perikanan Indonesia. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu strategi yang bijak dalam menanggapi mirisnya kondisi masyarakat perikanan Indonesia.

Industrialisasi Perikanan
Suatu strategi yang bijak sudah barang tentu mampu untuk menjawab permasalahan perikanan Indonesia. Strategi yang ditawarkan oleh penulis adalah dengan melakukan Industrialisasi dengan menggerakkan seluruh potensi perikanan nasional. Ini dicapai melalui pengembangan perikanan budi daya, perikanan tangkap, dan pengolahan hasil produk perikanan. Strategi ini dilakukan dengan pengembangan komoditas unggulan untuk meningkatkan nilai tambah produk secara menyeluruh, mulai dari hulu sampai hilir, sehingga berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. 


Polikulturalisasi Pembangunan Perikanan
Kebijakan perikanan pemerintah sejak 1960-an cenderung lebih diarahkan pada penyeragaman sistem. Sebagai contoh, revolusi biru yang diterapkan pada pertambakan udang di Indonesia, mengikuti pola revolusi hijau di sektor padi. Hanya satu jenis udang saja yang ditebar di dalam tambak disertai input tinggi berupa pestisida, antibiotik dan pakan buatan. Pada pertengahan 1990-an tambak udang menghadapi epidemi virus udang yang berlangsung empat tahun dan menyebabkan kematian udang hampir 100% terutama di Jawa, Sulawesi dan Sumatra. Ada dua hal penting berkaitan dengan intensifikasi dan monokultur budi daya ini. Pertama, penggunaan pestisida kimia secara terus-menerus dalam jangka panjang telah menimbulkan resistensi dan resurjensi hama. Kedua, penggunaan satu varietas saja dalam satu sektor perikanan membuat sistem perikanan rentan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu strategi polikulturalisasi yaitu paradigma pembangunan perikanan harus berdasarkan keberagaman dan pengembangan agroekosistem berdasarkan keunggulan lokal setiap daerah.
Untuk mengimplementasikan strategi polikulturalisasi dalam belantara industrialisasi, ada beberapa kebijakan yang harus dilakukan oleh pemangku kebijakan, yaitu:
Pertama, kebijakan pembangunan pedesaan harus ramah nelayan, ramah lingkungan dan adil dengan sasaran. Artinya masyarakat tambak dan nelayan perlu mendapatkan pendidikan, kesehatan, dan informasi pasar. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur (telepon, Internet, listrik, jalan, teknologi pengolahan yang tepat guna) yang terkait perlu diintensifkan di pedesaan.
Kedua, kebijakan perikanan harus didasarkan pada keunggulan komparatif lokal. Artinya,Target yang dibuat ditingkat nasional tidak harus dibebankan kepada tingkat lokal, terutama bila target tersebut dicapai melalui teknologi yang merusak sumber daya alam dan sistem lokal.
Ketiga, kebijakan perikanan harus dirumuskan melalui konsultasi partisipatif dengan akar rumput. Artinya, dalam pembuatan kebijakan perikanan, hak sosial, ekonomi dan kultural masyarakat tambak dan nelayan harus dilindungi. Misalnya pada hak ekonomi, masyarakat tambak dan nelayan perlu mendapatkan insentif ekonomi berupa keringanan pajak, subsidi atau dukungan politik bagi perusahaan perikanan dan investasi di bidang industri.
Perluasan Tambak Perikanan
Untuk penerapan strategi industrialisasi sektor perikanan, harus dilakukan revitalisasi tambak melalui perbaikan infrastruktur berupa saluran primer, sekunder, dan juga saluran tersier. Hal ini untuk memberi jaminan pasokan air ke petakan tambak sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan kawasan pertambakan. Untuk melakukan perluasan pertambakan, perlu mengundang beberapa stakeholder, seperti dengan Kementerian PU guna memperbaiki saluran irigasi primer dan sekunder dan Ditjen Perikanan Budi Daya (DJPB) memperbaiki saluran tersier, dengan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam mengupayakan agar listrik bisa masuk ke

lokasi-lokasi pertambakan. Sebab, beban biaya listrik lebih murah ketimbang BBM (bahan bakar minyak). Infrastruktur yang baik dan memadai, tentu akan meningkatkan industrialisasi sektor perikanan.

Mereka pun Bisa Tersenyum
Penulis percaya bahwa ketika pembangunan perikanan Indonesia didasarkan pada polikulturalisasi yang beragam dan ditopang dengan perluasan tambak, hal ini akan memaksimalkan perindustrian perikanan yang nantinya akan meningkatkan sektor perekonomian masyarakat petambak dan nelayan. Ketika perekonomian masyarakat petambak dan nelayan sudah meningkat, penulis sangat yakin bahwa mereka pun bisa tersenyum, mereka bisa merasakan apa yang semestinya mereka dapatkan di bumi bahari ini, mereka tidak lagi melihat kemirisan yang terjadi pada sektor perikanan. Strategi inilah yang menjadi jawaban untuk peningkatan ekonomi petambak dan nelayan Indonesia.
Harapan kesejahteraan dan kejayaan bagi nelayan tentunya selalu ada, selalu bersinar di dalam jiwa dan raga para nelayan di Tanah Air. Untuk itu para pemegang kekuasaan dan wewenang di negara bahari kepulauan Indonesia ini jangan menyia-nyiakannya. Kebanggaan sebagai nelayan di Bumi Pertiwi bukan hanya sekadar menjadikan profesi itu sebagai mata pencahariannya, tetapi juga mencerminkan kecintaan nelayan terhadap budaya dan kekayaan negaranya. 


Kompetisi Penulisan Esai PK-IDENTITAS UNHAS
Sub Tema: Strategi Pengembangan Masyarakat Petambak dan Nelayan

Penulis          : RIZAL ZEKKY SITORUS
Fakultas        : Pertanian (2011)
Jurusan         : Teknologi Pertanian
Prodi              : Ilmu dan Teknologi Pangan
NIM               : G311 11 254
 

0 comments:

Post a Comment